Semangat hari guru tahun ini agak berbeda karena menteri pendidikan dasar dan menengah (Mendikdasmen) kita pak Anies Baswedan, Ph.D meminta kita semua (bukan hanya guru) untuk flashback (meminjam istilah anak jaman sekarang). Flashback dalam artian mengenang jasa guru-guru kita, datangi mereka, cium tangan mereka, dan ucapkan terima kasih kepada mereka. Dengan tangan-tangan guru-lah kita bisa jadi seperti sekarang ini. Tahun lalu saya pun menulis sebuah refleksi hari guru yang mana tulisan itu saya dedikasikan untuk guru SD saya dulu (tulisannya disana). Ya, memang guru sejatinya yang banyak berperan menjadikan kita mengerti akan banyak hal. Mereka mendidik, mengajarkan dan membimbing kita menuju arah cita-cita yang kita inginkan.
Tahun ini pun sama, hari guru kali ini saya bersilaturahim kepada guru-guru sewaktu SD, SMP dan SMA. Bercerita banyak tentang perjalanan hidup kami serta mengucapkan terima kasih atas pengabdiannya mendidik saya. Namun, dalam refleksi tahun ini saya tidak ingin menuliskan tentang guru-guru saya yang dulu. Saya ingin berbagi dan bercerita dalam refleksi tahun ini tentang kawan / sahabat saya yang juga berprofesi sebagai guru, namun berbeda dengan saya karena dia mengajar di sekolah negeri sebagai guru honorer dan saya mengajar di sekolah swasta. Dia kawan saya sewaktu belajar di Pondok Pesantren Attaqwa Putera Pusat Bekasi. Syamsul Bahri namanya berasal dari Muara Gembong di Kabupaten Bekasi. Sebuah daerah yang terkenal dengan pesisirnya, lautnya, dan aksesnya yang jauh dari kota. Sebagian kawan-kawan seangkatan memanggilnya Bong yang diambil dari nama daerahnya “Gembong” (baca huruf “e”-nya seperti baca kata “setan” bukan “ketan”), karena maknanya bisa berbeda.
Hanya komitmen, ketulusan dan kuatnya pengabdian yang mampu mengantarkannya kepada kesuksesan sebagai guru profesional yang humanis. Dia tidak terlalu larut meratapi nasib sebagai guru honorer yang seringkali gajinya baru bisa cair tiap 3 bulan, nominalnya pun jauh dari angka gaji guru di perkotaan.
Awalnya saya melihat postingan photo dia di facebook sedang memegang sebuah piala. Saya yakin itulah capaian prestasi dia meski saya tidak bertanya. Belakangan dalam komentarnya barulah dia memberitahu kalau itu hasil dari lomba HUT PGRI sebagai juara 1 lomba pear teaching. Dari awal saya memang yakin di photo itu benar piala yang dia peroleh bukan piala orang lain yang hanya dipinjam untuk diphoto bersama. Saya pun langsung posting ucapan spesial selamat hari guru khusus kepada dia. Rasa salut dan bangga saya bukan tanpa alasan karena saya menyaksikan dia begitu konsisten, komitmen, dan teguh melaksanakan tugasnya sebagai guru di daerah yang bisa dibilang pojokan Bekasi.
Bagi kita (saya) yang mengajar di perkotaan dengan fasilitas modern yang mudah diakses itu tidak terlalu luar biasa rasanya karena situasi dan kondisinya memang memadai dan acceptable. Tapi bagi dia yg mengajar di pesisir pantai Muara Gembong Kab. Bekasi tentu sangat luar biasa bila mampu menciptakan pembelajaran yang modern dengan keterbatasan media dan alat peraga. Hanya komitmen, ketulusan dan kuatnya pengabdian yang mampu mengantarkannya kepada kesuksesan sebagai guru profesional yang humanis. Dia tidak terlalu larut meratapi nasib sebagai guru honorer yang seringkali gajinya baru bisa cair tiap 3 bulan, nominalnya pun jauh dari angka gaji guru di perkotaan. Belum lagi akses ke sekolah (SDN Pantai Makmur) yang kalau musim hujan kondisi jalan rusak penuh lumpur, meski dalam kondisi seperti itu dia tetap semangat berangkat pagi-pagi untuk mengajar murid-muridnya.
Tidak hanya sampai disitu pengorbananya, belum lagi kalau musim banjir rob laut tiba, saat tiba di sekolah tak jarang dia menyaksikan murid-muridnya sudah ramai-ramai berenang di lautan dadakan banjir rob yang masuk ke halaman sekolah. Tapi dia tak bergeming, justeru mengajak murid-muridnya bersama-bersama membersihkan kelas yang sudah penuh lumpur. Kisah-kisah dia dan inspirasi mengajar dari dia yang selalu saya minta kepadanya utk berbagi kepada dunia dengan menuliskannya di blog. Apalagi kini dia aktif membangun Muara Gembong dengan kegiatan mangrove-nya dan menciptakan gerakan #SaveMugo. Saya pun berencana mengajak murid-murid saya untuk outing class ke Muara Gembong, dan semalam dia kontak saya via BBM dengan menyerahkan link blog milik dia. Alhamdulillah.. taggline-nya pun keren: “Suara Pesisir; Karena Hidup Harus Belajar Dan Menebar Manfaat. Semoga slalu diberkahi Allah SWT. Kepadamu sobatku Syamsul Bahri Ben Samba saya ucapkan spesial Selamat Hari Guru. Teruslah menginspirasi dan menebar manfaat sesuai ajaran guru-guru kita.

Saya, Syamsul, dan anak kami (Abbad dan Hasbi) dalam satu acara family gathering alumni di puncak Cisarua Bogor