Hari ini dengan berat hati saya membatalkan diri untuk menghadiri acara deklarasi IPGI (Ikatan Profesi Guru Indonesia) di kampus UNJ Rawamangun. Saya sampaikan permohonan maaf kepada beberapa rekan di komunitas guru melalui pesan di inbox facebook. Organisasi ini lahir dari sebuah kegelisahan beberapa kawan-kawan aktivis guru yang aktif mengajar sebagai guru di sekolah. Dalam merespon berbagai isu-isu kontemporer dan kontekstual berbagai problematika pendidikan maka kami sadar perlu dibentuknya sebuah organisasi berbasis profesi yang mewadahi perjuangan guru dan upgrading serta pengembangan kompetensi keguruan yang gradual dan komprehensif dan tentunya satu visi dan misi dalam menjalani roda organisasi yang bergerak dinamis. Untuk itu selamat berjuang kawan-kawan IPGI. Kepada ketua umum, sekjen dan pengurus pusat lainnya selamat bekerja dan berkarya.
Ketidak hadiran saya dikarenakan beberapa agenda sekolah yang hari ini berbarengan. Ada bakti sosial dan pengobatan gratis yang diselenggarakan oleh komite sekolah, kemudian saya juga harus melepas siswa/i yang akan berlomba di salah satu sekolah kejuruan, dan yang terakhir rapat terbatas dengan beberapa wali murid yang anaknya sudah terindikasi kepada pelanggaran berat dan mengarah kepada kemudhorotan. Dari semua itu saya pun menentukan skala prioritas untuk memimpin langsung rapat terbatas dengan wali murid. Bagi sebagian orang mungkin akan beranggapan bahwa masalah kenakalan anak-anak di rumah dan lingkungan adalah tanggungjawab orang tua, itu bukan lagi ranah sekolah. Bisa saja asumsi itu benar, tapi tidak bagi sekolah kami yang beranggapan bahwa problematika peserta didik merupakan tanggungjawab kita bersama untuk itu upaya menentukan problem solving juga harus kita bicarakan bersama dan disepakati bersama untuk selanjutnya kita laksanakan secara kooperatif antara orang tua dan guru.
Saya yang didampingi wakasek dan wali kelas menyampaikan prolog di awal kepada wali murid bahwa basis pendidikan dalam pembentukan karakter itu ada 3, yaitu rumah (orang tua), sekolah (guru) dan lingkungan (masyarakat). Ketiga-tiganya ini saling memperkuat bentukan anak-anak kita nantinya. Nah, kalau basis pertama saja sudah menyerah “angkat tangan” terhadap problematika anaknya maka basis yang kedua jangan sampai ikut menyerah. Sekolah sebagai basis kedua harus menginisiasi satu model alternatif solusi dalam menanggulangi problematika tersebut. Ironisnya banyak sebagian guru yang juga angkat tangan dengan problematika peserta didiknya bahkan ada yang sampai tutup mata. Perlu diingat, kalau basis pertama dan kedua sudah sama-sama menyerah maka basis ketigalah (lingkungan) yang akan mengambil alih dalam pembentukan karakter. Namun perlu diingat juga bahwa basis pertama dan kedua tentunya arah pembentukan karakternya kepada kebaikan tapi kalau basis ketiga pilihannya dua, bisa kebaikan atau sebaliknya keburukan yang membentuk karakter anak-anak kita. Apalagi jika ditambah dengan tidak adanya pondasi keimanan yang kuat dalam diri anak-anak kita.
Alhamdulillah pertemuan kali ini juga membuahkan hasil. Ada beberapa solusi yang kami tawarkan dari pihak sekolah kemudian dikombinasikan juga dari beberapa usulan orang tua yang hadir. Senang rasanya ketika kita (guru dan orang tua) bisa kooperatif bersama-sama mendidik anak-anak kita yang merupakan aset masa depan yang memegang tongkat estafet kehidupan. Malam setelah kami mengadakan pertemuan saya pun menerima kabar bahwa siswa/i kami yang ikut olimpiade matematika dan IPA berhasil masuk 10 besar dan melaju ke babak Final. Alhamdulillah wa syukurillah… dalam hati saya merenung, memang hidup itu selalu dinamis. Ada kalanya kita mendapatkan tantangan dan cobaan, adakalanya pula kita mendapatkan prestasi dan kebahagiaan. Semuanya itu merupakan realita yang harus kita hadapi, yang terpenting adalah keseimbangan. Jangan terlena dengan sebuah prestasi dan kesenangan dunia dan jangan terlalu larut dalam kesedihan menghadapi cobaan dan ujian. Hanya luapan syukur dan kesabaran yang mampu menghantarkan kita menjadi pribadi yang kuat dan profesional. Semoga langkah kita senantiasa diridhoi Allah dan usaha serta pengabdian kita diberkahi Allah subhaanahu wa ta’aalaa…