Rasanya sulit dibayangkan jika zaman dahulu kita bisa berjumpa dengan orang yang belum pernah ketemu sebelumnya, tapi di era digital sekarang ini semua bisa terjadi. Sebagaimana yang saya alami hari ini dengan sosok guru sekaligus penulis aktif di portal guraru yang masyhur dengan nama akun @botaksakti baik di twitter, facebook dan guraru.org (padahal rambutnya masih utuh semua looohh..). Perjumpaan di dunia nyata sebagai sabab musabab dari dunia maya. Berawal dari pantauan saya di timeline facebook yang mengarah kepada status pak Botak Sakti (BS) mengabarkan posisinya di Jogjakarta dalam rangka pulkam liburan. Langsung saja saya komen dan bertanya lokasi pak BS. Ternyata beliau wong Jogja tulen to.. Tepatnya di Dusun Betakan Moyudan Sleman Jogjakarta rumahnya. Setelah komen-komenan lanjut SMS-an untuk mengatur jadwal pertemuan yang saya nanti-nanti itu karena sewaktu kopdar guraru beberapa waktu lalu pak BS tak bisa hadir. Awal rencana kita akan kopdar di suatu tempat di bilangan kota Jogja.
Sabtu (28-12-2013) pagi saya awali kegiatan liburan di Jogja dengan menghadiri acara temu alumni di kampus dan selesai jam 4 sore langsung kembali ke tempat singgah di markas mahasiswa Bekasi (IKAMASI) dekat kampus UIN Jogja. Setibanya di sekret IKAMASI-Jogja saya SMS pak BS menanyakan posisi dan dibalas mengabarkan kalau dia tak bisa keluar rumah. Saya pun langsung meminta izin untuk silaturahim ke kediamannya. Gayung bersambut rute alamat dan patokannya pun dikirim. Saya bergegas sholat ashar dan langsung bertolak menuju alamat pak BS dengan patokan jalan raya Godean ketemu lampu merah (bangjo) Gedongan masuk ke kiri dan cari dusun Betakan. Tidak terlalu sulit mencari alamat tersebut karena wilayah Godean saya masih hafal hanya butuh jalan lurus saja dari jalan Solo tempat saya berangkat. Selain itu dulu sewaktu kuliah saya bersama teman-teman HMI sering mengadakan LK I di daerah Godean. Dalam perjalanan saya sempatkan memotret pemandangan yang asri dan sejuk sambil menikmati matahari yang akan terbenam. Dalam hati bergumam kalau pagi hari pasti sangat indah dan eksotik pemandangan alamnya. Gunung-gunung nampak, hamparan sawah masih menghijau sangat luas, udara alami yang tidak dapat dijumpai di Jakarta dan Bekasi. Hari pun makin gelap menjelang maghrib. Akhirnya saya bertanya kepada seorang penduduk kemana arah masuk dusun Betakan. Mulai masuk dusun makin gelap dan sepi tak ada seorang pun di luar rumah.
Bingung mau bertanya kepada siapa saya pun menemukan masjid dan singgah sejenak untuk shalat maghrib. Tak lama kemudian SMS masuk dari pak BS dan akhirnya saya diminta menunggu di sebuah SD dekat masjid tersebut. Syukurlah, karena Hp saya sudah sekarat khawatir mati dan tidak bisa berkomunikasi. Saya pun putar arah kembali ke SD. Nampak seorang pria mengendarai motor sudah lebih dulu tiba di SD (saya yakin itu pak BS karena jalannya pelan-pelan sambil mengarahkan pandangan kesana-kemari seakan mencari seseorang). Dan benar, akhirnya kesampean juga saya berjumpa dengan guru bahasa Indonesia yang sudah 13 tahun mengabdikan diri mengajar di SMA bilangan Jakarta. Setelah berjabat tangan saya langsung dituntun mengikuti arah motor beliau menuju rumahnya. Sesampainya di rumah yang cukup luas saya langsung dipersilahkan masuk dan diperkenalkan dengan ibunda tercinta. Ditemani teh hangat dan salak yang baru saja dipanen dari kebunnya obrolan pun langsung mengalir. Dimulai dengan menanyakan kabar, cerita proses perjalanan pak BS mengajar sampai di Jakarta. Tak terkecuali sambil menikmati salak hasil panen pak BS menjelaskan perbedaan salak pondoh, salak lumut dan salak salaman yang kebunnya saya tahu di wilayah Magelang.
Kesan saya tak salah, dari obrolan langsung ini tersirat memang pak BS orang yang ramah, bersahaja dan akrab. Tak jarang dalam obrolan kami seputar awal keterlibatan pak BS di portal guraru beliau banyak memuji anggota guraru yang dikatakan guru-guru hebat meskipun secara pengalaman pastinya lebih lama pak BS dalam hal mengajar. Seperti saya yang selalu belajar dari pengalaman guru-guru kreatif nan hebat beliau pun punya semangat yang sama. Selain rendah hati pak BS juga sosok yang humoris. Darah guru mengalir dari orang tuanya yang juga sebagai guru. Mungkin inilah salah satu sebabnya dia amat dekat dengan murid-muridnya sebagaimana pengalaman kedua orang tuanya. Dia pun mengisahkan suatu hari murid-muridnya yang sedang berlibur di Jogja sengaja mengabarinya untuk mampir ke rumahnya dan kontan langsung disambut dengan senang hati oleh pak BS seperti kunjungan saya malam ini.
Tak terasa obrolan hangat itu berlalu terpaksa harus saya hentikan saat melihat jarum jam di tangan saya sudah menunjukkan jam setengah 8 lewat. Memang tak cukup rasanya kalau cuma sebentar tapi apa boleh buat karena saya harus bersilaturahim lagi dengan kawan lama di Jogja maka saya pun pamit dan tak lupa photo bersama dulu. Ditambah kalau terlalu larut malam saya agak khawatir juga karena perjalanan menuju jalan raya harus melewati suasana gelap sepi yang membutuhkan nyali juga melintasinya. Dengan bantuan ibunda pak BS kami pun diphoto dan disusul berpamitan. Terima kasih pak BS dan keluarga atas jamuannya. Sungguh perjumpaan yang mengesankan dan penuh hikmah. Semoga pak BS sekeluarga selalu diberikan kesehatan dan sukses selalu.
Buat teman-teman yang sedang mengikuti TWC #3 di Wisma UNJ semoga tulisan ini menambah semangat untuk terus berbagi dimanapun kita berada. Salam sukses guraru dari kami di Ngayogyokarto.
@bhayusulis – @botaksakti
Jogja Tengah Malam (JTM), 28-12-2013