Pendidikan Indonesia dari waktu ke waktu terus mengalami transformasi baik dari segi konsep maupun aplikasi. Seakan mengamini adagium bahwa kemajuan suatu bangsa terletak pada pendidikan. Negara-negara maju dan berkembang berbanding lurus dengan tingkat kwalitas pendidikannya. Belum lama pendidikan Indonesia mencanangkan kurikulum baru melalui Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (Kemendikbud) di bawah komando menteri M. Nuh. Meski berakhir dengan hasil penundaan ataupun pemberhentian sejatinya kurikulum tersebut bukan lahir tanpa analisa dan penelitian.
Pada perkuliahan Metodologi Penelitian di kelas pascasarjana Universitas Islam Jakarta yang diampu oleh Prof. Dr. H. Dede Rosyada yang juga rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saya mendapatkan informasi tentang latar belakang penggodokan kurikulum 2013. Hal tersebut menurutnya didasari pada prediksi Indonesia pada tahun 2045. Dimana pada 2045 kita mencanangkan “The Golden Period Of Indonesia”. Periode emas tersebut juga diistilahkan oleh mendikbud sekarang Anis Baswedan, Ph.D dengan istilah bonus demografi. Prediksi yang dianalisa oleh tim waktu itu adalah Indonesia memiliki manusia usia aktif ke pasar (read: kerja) pada 2045 mencapai 103 juta dengan rentang usia aktif 35-55 tahun. Adapun angka kelahiran sebesar 1,6 % dan angka kematian 0,6 %.
Dengan angka usia aktif di 2045 sebanyak 103 juta maka Indonesia bisa kembali menguasai Asia. Bank-bank di Asia bisa dipimpin oleh manusia Indonesia, tenaga pengajar Indonesia juga kembali aktif mengajar di kawasan Asia, ucap Prof. Dede dalam penjelasannya. Langkah ini didahului dengan tema Indonesia 2025; Smart and Competitive Citizenship. Manusia Indonesia di tahun 2025 sudah mampu berdaya saing.
Oleh karenanya penerapan kurikulum yang terintegrasikan dengan nilai-nilai karakter religius dan normatif sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan generasi 2045 yang akan datang. Agar kompetensi yang berdaya saing juga memiliki sikap religius seperti kejujuran dan lain sebagainya. Dalam relasi akademik pemerintah dan kampus harus bersinergi dalam memajukan pendidikan Indonesia. Upaya ini tetap terus dikembangkan oleh pemerintah terlebih di saat-saat ini tuntutan perkembangan zaman semakin cepat. Semoga Indonesia ke depan mampu melahirkan generasi-generasi emas sesuai cita-cita bangsa. Prof. Dede menutup perkuliahan dengan nada optimis.