Dalam rangka menunjang keberlangsungan kurikulum 2013 (Kurtilas) pemerintah telah mengadakan Bimbingan Teknis (Bintek) kepada guru-guru melalui Dinas Pendidikan masing-masing daerah. Bukan hanya itu, setelah bintek yang dilaksanakan selama 5 hari cukup menyita waktu dan tenaga guru kini pemerintah melalui dinas pendidikan mengadakan kegiatan pendampingan yang di daerah kami (Kabupaten Bekasi) diistilahkan klaster kurtilas. Klaster kurtilas dilaksanakan dengan metode pendampingan dimana satu sekolah induk membina 5 sekolah imbas (negeri dan swasta) dengan alokasi kegiatan selama 5 kali yaitu 3 kali kegiatan IN (dilaksanakan di sekolah induk) dan 2 kali ON (dilaksanakan di sekolah imbas masing-masing). Dari situ diharapkan para guru makin jelas dan terarah dalam melaksanakan kurtilas. Pertanyaannya sudahkan para guru mengerti dan paham pelaksanaan pembelajaran kurtilas?. Menjawab pertanyaan itu pastinya kita akan mendapatkan jawaban yang beragam. Namun, setidaknya pemerintah telah memberikan arahan dan memfasilitasi kebingungan-kebingunagn para pendidik.
Ternyata bukan hanya guru, ada juga pendampingan klaster kurtilas untuk kepala sekolah yang juga waktunya dialokasikan sama dengan klaster kurtilas guru yaitu 3 kali IN dan 2 kali ON. Hari ini (29-10-2014) saya memenuhi undangan pembukaan pendampingan kurtilas dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi untuk kepala sekolah. Agar kegiatan lebih efektif maka pengurus Sub Rayon 02 Kabupaten Bekasi berinisiatif menggabungkan beberapa sekolah induk klaster dari 3 kecamatan yaitu Babelan, Tarumajaya dan Tambun Utara (Tamara). Sekolah tempat saya mengabdi masuk di kecamatan Tarumajaya dengan sekolah induk klaster di SMPN 2 babelan untuk pendampingan kepala sekolah, sedangkan pendampingan guru induknya di SMPN 3 babelan. Kegiatan pendampingan klaster kurtilas untuk kepala sekolah yang merupakan pembukaan IN 1 diadakan di SMPN 2 Babelan. Mayoritas kepala sekolah hadir hampir 90% baik negeri maupun swasta. Sebelumnya pengurus sub rayon melalui ketuanya bapak H. Nisan,M.Pd (Kepsek SMPN 1 Babelan) menyampaikan beberapa informasi dan hasil rapat dengan dinas pendidikan.
Usai menyampaikan info dan prolog tentang kegiatan ini selanjutnya coffe break sejenak dan dilanjutkan materi dari pak Wanda yang merupakan Instruktur Nasional Kurtilas. Pak Wanda sendiri merupakan kepala sekolah SMPN 2 Tambun Utara. Pak Wanda membuka sesi materinya dengan menampilkan tayangan “Butterfly Metamorphosis”. Setelah tayangan pak Wanda meminta para kepsek yang hadir untuk memberikan komentar. Ada 3 yang bisa kita ambil dari tayangan metamorfosis kupu-kupu. Dimana ketiganya itu merupakan manajemen perubahan yang akan kita hadapi selaku kepsek dan juga guru. Pertama, kupu-kupu mengalami perubahan dari semula kurang indah menjadi indah. Dalam pendidikan, perubahan diperlukan dengan tujuan menjadi lebih baik. Kedua, kupu-kupu mengalami proses perjalanan panjang dalam perubahan. Begitu juga dengan pendidikan yang kita kenal dengan konsep long life education. Ketiga, kupu-kupu mendapatkan rintangan dan tantangan saat akan menjadi kupu-kupu (dalam tayangan itu divisualkan ulat yang akan menjadi kupu-kupu hampir dimakan burung). Itu pula yang kita hadapi, penolakan, protes, resistensi terhadap perubahan seringkali terjadi. tak terkecuali dalam dunia pendidikan saat kurikulum akan mengalami perubahan.
Butuh manajemen perubahan khsususnya bagi pemimpin termasuk kita para kepala sekolah. Dalam lingkup luas manajemen dan kepemimpinan sekolah bisa kita lihat dari 3 aspek yaitu: manajemen perubahan, budaya sekolah, dan kepemimpinan pembelajaran.
Pak Wanda melanjutkan bahwa perubahan tentu bukan proses instan yang mudah diterima dan dilaksanakan. Butuh manajemen perubahan khsususnya bagi pemimpin termasuk kita para kepala sekolah. Dalam lingkup luas manajemen dan kepemimpinan sekolah bisa kita lihat dari 3 aspek yaitu: manajemen perubahan, budaya sekolah, dan kepemimpinan pembelajaran. Masing-masing aspek tersebut saling berkaitan. Dalam hal pengembangan kurikulum yang sekarang ini yaitu kurikulum 2013 manajeman perubahan yang komprehensif akan mempengaruhi budaya sekolah dalam menerima implementasi pengembangan kurikulum serta pembelajaran di kelas. Kepala sekolah dituntut juga untuk mengetahui pelaksanaan di lapangan dengan cara (meminjam istilah presiden Jokowi) blusukan. Memantau guru dan observasi peserta didik tentang hasil pelaksanaan kurikulum 2013 yang kesemuanya juga tidak terlepas dari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Menutup sesi ini pak Wanda pun memberikan motivasi kepada kita bahwa bukan saatnya lagi kita meributkan setuju atau tidak setuju, melainkan bagaimana kita melaksanakan kurtilas ini dengan tulus ikhlas sesuai juknis dan ketentuan dari pemerintah. Kita sebagai pelaksana di lapangan bukan pembuat kebijakan dan peraturan. Adapun nanti kalau pak menteri pendidikan yang baru tidak melanjutkan dan kembali ke kurikulum yang lama maka kita pun siap-siap saja untuk melaksakan tugas sebagai kepala sekolah dan guru.
[…] bagian 1 bahwa pelaksanaan pendampingan ini dilaksanakan dengan sistem 3 kali in dan 2 kali on (baca disana). Pada in yang kedua kali ini materi yang dibahas seputar RPP dan peran kepala sekolah terhadap […]