Mendapat ilmu baru merupakan hal yang sangat luar biasa dirasakan. Seperti shubuh ini alhamdulillah saya bisa mengikuti kuliah shubuh bersama para jama’ah dari KH. Zaenul Arifin (Syuriah PCNU Kota Bekasi) di masjid Baitul Husna Harapan Indah Kota Bekasi. Sengaja saya bermalam di rumah orang tua di Harapan Indah karena malamnya ada jadwal memberikan kultum tarawih di Harapan Indah. Tausiyahnya singkat jelas dan padat, benar-benar berbasis keilmuan yang mendalam. Pak kyai hanya menjelaskan ayat yang sudah populer setiap Ramadhan yakni ayat tentang perintah puasa di surat Al-Baqarah ayat 183. Dengan kata kunci bahwa ayat ini hanya panggilan untuk orang beriman (yaa ayyuhal ladziina aamanu), diperintahkan puasa dengan kata “kutiba ‘alaikum” dan tujuannya “la’allakum tattaquun” yang dalam terjemah versi kemenag adalah mudah-mudahan kamu bertaqwa.
Iman merupakan pondasi dan pokok agama yang pertama. Pokok agama yang kedua adalah syari’at dan yang ketiga adalah akhlaq. Semuanya merupakan rangkaian satu kesatuan agar kita menjadi bertaqwa, maka konsep taqwa itu simpel hanya pelaksanaannya memang agak berat. Akhlaq menjadi pelengkap bagi bagusnya iman dan syari’at. Kalau hanya iman dan syari’at saja yang bagus akhlaqnya tidak maka bisa seperti iblis. Dikatakan pak kyai menukil dari kitab Qisshotul Anbiya karya Ibnu Katsir bahwa iblis semula adalah Al-Haris, iblis adalah sayyidul malak (pemimpinnya malaikat). Hanya karena arogansinya yang merasa lebih baik dari Adam yang baru diciptakan setelahnya dia menolak sujud kepada nabi Adam maka Al-Haris menjadi iblis dan diusir dari surga. Inilah pentingnya akhlaq. Maka orang yang arogansi, merasa lebih baik, lebih pintar, dan lebih-lebih yang lainnya bisa membinasakan dirinya. Orang yang punya arogansi biasanya punya kekuatan (power) sehingga merasa dirinya lebih kuat, lebih berkuasa dan menindas yang lemah memandang kecil orang lain. Dengan puasa yang bertujuan taqwa kita dididik untuk menghindari sikap arogansi iblis tersebut.
Kemudian kata kunci selanjutnya adalah “kutiba ‘alaikum” (diwajibkan atas kamu sekalian). Kata “kutiba ‘alaikum” dalam bahasa Arab menunjukkan suatu perintah yang berat. Di dalam al-Qur’an hanya ada 3 perintah yang menggunakan kata “kutiba ‘alaikum”. Pertama yaitu “kutiba ‘alaikumul qital” (diwajibkan berperang dalam kondisi perang). Mengapa berat, karena pilihannya hidup dan mati. Kedua yaitu “kutiba ‘alaikumul qishosh” (diwajibkan qishosh, hukuman setimpal). Hukum membunuh balasannya dibunuh juga. Ketiga adalah “kutiba ‘alaikumus shiyaam” (diwajibkan puasa). Jadi puasa itu sebetulnya tidak mudah tapi berat, bukan sekedar tidak makan dan minum.
Kata kunci terakhir adalah “taqwa”. Asal kata taqwa dari “ittaqo” dengan makna mengendalikan diri dari segala yang bisa membinasakan. Sedangkan “ittaqo” sendiri berasal dari “waqoo-yaqii-wiqoyatan” yang berarti mencegah. Ketika kita sudah bisa mencegah diri dari hal yang merusak maka kita pun bisa mengendalikan diri dari yang membinasakan. Dengan puasa di bulan Ramadhan maka mudah-mudahan kita bisa mengendalikan diri dari segala keburukan yang dapat membinasakan diri kita.