abuabbad.com

Home » Event » Bersilaturahim Dalam Memori Di Jogjakarta

Bersilaturahim Dalam Memori Di Jogjakarta

Menulislah dan rasakan berkahnya

bhayusulis.guru-indonesia.net

Blog GeSchool

Memang tidak cukup sehari dua hari kalau ingin berkunjung ke Jogja. Bagi orang yang pernah merasakan hidup di Jogja dalam jangka waktu yang lama tentunya ingin berlama-lama di sana. Tak terkecuali saya, kalau cuma sehari atau dua hari rasanya kurang puas. Bukan hanya karena banyak destinasi favorit dan penuh kenangan di sana melainkan juga masih banyak kawan-kawan yang menetap disana. Silaturahim menjadi sangat menyenangkan jika sedang berkesempatan plesiran ke Jogja baik secara pribadi maupun silaturahim secara lembaga. Saya yang gemar bersilaturahim dimanapun dan kapanpun tak pernah lupa menyambangi beberapa karib kerabat di Jogja. Seperti saat ini yang hanya 3 hari saya menikmati Jogja. Oleh karenanya saya maksimalkan betul waktu di Jogja ini untuk bersilaturahim mengunjungi beberapa kawan dan kerabat.

Kali ini Minggu (26/05/13) menjelang zhuhur saya bertolak dari sekretariat IKAMASI sejenak untuk mengantar adek (si bontot) jalan-jalan sekitar Jogja. Saya pun dipinjami motor oleh Yayah (anggota IKAMASI) yang kebetulan adeknya teman seangkatan saya di pondok. Setelah mendapatkan pinjaman motor berikut STNK langsung saya meluncur ke Krapyak melalui jalan Balai Kota, Tamsis, Kusumanegara dan sekitarnya. Setibanya di Krapyak asrama Ali Maksum saya minta tolong seorang santriwati yang sedang beristirahat usai shalat zhuhur untuk memanggilkan si bontot, “mba, ‘afwan law samahti, tolong panggilkan Bunga ya, kelas i’dad asrama saudi”, jelas saya ke santriwati tersebut. Tak lama si bontot pun datang, saya menanyakan sudah izin belum. Kata dia sudah dan kebetulan sedang tidak ada kegiatan jadi bisa keluar sampai maghrib. Maklum para pembaca yang belum tahu bahwa sistem pendidikan di Pesantren Krapyak ini liburnya hari Jum’at bukan Minggu. Makanya kalau hari minggu ingin keluar pondok harus izin terlebih dahulu dan pastikan tidak ada kegiatan sekolah atau pondok. Kali ini saya beruntung karena sedang tidak ada kegiatan jadinya bisa ngajak si bontot jalan-jalan walau hanya dari ba’da zhuhur sampai menjelang maghrib.

Kita pun langsung bertolak ke tempat Achoy (yang belum tau siapa Achoy silahkan baca ceritanya disana) kemudian makan siang bareng di warung makan khas sunda daerah Tamantirto Kasihan Bantul. Walaupun sedang di Jogja tetap makannya masakan khas sunda.hee… selesai makan saya menuju Nitipuran berkunjung ke kontrakan kawan seperjuangan sewaktu dulu aktif di HMI cabang Jogja bernama Ahmad Sahide. Rencana kunjungan saya ini sudah saya niatkan sejak berangkat dari Bekasi. Dari sejak perjalanan Bekasi-Jogja sampai tiba pun saya SMS-an mengatur jadwal ketemuan. Kenapa? Karena saya perlu sharing dengan dia seputar dunia kepenulisan. Dia saat ini sedang menempuh program doktor (S3) di UGM minat kajian Timur Tengah. Sebelumnya juga dia menempuh studi S2 di kampus yang sama. Adapun S1-nya kami satu almamater di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Hanya kalau saya di fakultas agama Islam sedangkan dia di Fakultas Sospol  jurusan Hubungan International (HI).

warung makan khas sunda di bilangan Tamantirto Kasihan Bantul

warung makan khas sunda di bilangan Tamantirto Kasihan Bantul

Saat ini dia sedang merintis usaha penerbitan buku dan KBM (Komunitas Belajar Menulis) di Jogja. Buku perdana dia terbitkan sendiri dan beberapa buku yang dieditori sendiri olehnya, diantaranya buku tentang HMI yang berisi tulisan-tulisan dari para kader HMI. Di tengah kesibukannya studi S3 yang bagi saya cukup berat dia masih bisa berbagi dan memberikan manfaat kepada khalayak. Luar biasa bukan? Saya seperti mendapat charge spirit dan motivasi kembali untuk terus menulis. Selain di HMI dulu kami pernah bergabung di kelompok diskusi KW (Komunitas Wirobrajan) dimana pertama kali saya tinggal ketika menginjakkan kaki di Jogja yaitu di daerah Wirobrajan yang kebetulan dulu ada markas Korkom (Kordinator Komisariat) HMI UMY juga di Wirobrajan, karena itulah kelompok diskusinya dinamakan KW.

dua buku karya Ahmad Sahide, MA (kawan seperjuangan di HMI Jogja)

dua buku karya Ahmad Sahide, MA (kawan seperjuangan di HMI Jogja)

Tak terasa waktu hampir sejam rasanya memang nggak cukup kalau mau ngobrol sharing panjang lebar, saya pun langsung pamit. Saya membawa 2 buah buku karya dia, alhamdulillah. Sebelum pergi dia mengingatkan bahwa nanti akan ada jadwal mengisi acara di Jakarta diajak teman kuliahnya yang mantan dubes, saya pun mengingatkannya untuk menghubungi saya kalau tiba di Jakarta agar bisa kopdar lagi. Sipp… lanjut ke malioboro. Sepanjang jalan dari Wirobrajan ke malioboro yang dulu sering saya tempuh dengan berjalan kaki kalau malam minggu memang agak ramai. Kenapa harus jalan kaki sudah pernah saya jelaskan karena di Jogja kalau sudah lewat maghrib tidak ada angkutan umum apalagi angkot. So, saya yang awal kuliah belum ada motor pribadi cukup berjalan kaki saja pulang pergi Wirobrajan-Malioboro di malam minggu. Dari awal saya tiba di Jogja menduga bahwa penduduk (khususnya pendatang) di Jogja kayaknya bertambah (meningkat). Sebab kalau dulu walaupun hari libur (Sabtu-Minggu) nggak pernah semacet ini, tapi sekarang woow,, malioboro macet membahana apalagi kalau malam minggu. Walhasil saya dan si bontot nggak sampe ke tugu melintasi malioboronya, hanya sekitar Beringharjo untuk membeli baju buat si ‘Abbad (my son) dan beberapa kue khas Jogja untuk oleh-oleh. Nampak orang-orang berjubel memadati malioboro karena menghabiskan sisa liburan kemarin Sabtu (25/05/13) yang tanggal merah sepertinya. Saat saya menikmati pemandangan di sekitar nol kilometer pandangan saya kemudian tertuju ke Mirota Batik. Saya pun tak bisa memalingkan langkah menuju tempat spesial ini yang dulu menjadi tempat paling romantis penuh memori saya dengan isteri. Tempat ngilangin stress kalau abis bimbingan skripsi, tempat menghirup aromaterapi buat nenangin pikiran, dan tempat ngilangin BETE dan Galau pastinya (ups,, dulu belum ada istilah galau).

di dalam mirota batik malioboro

di dalam mirota batik malioboro

Seperti di luar Mirota Batik Malioboro, di dalam pun penuh sesak. Di dalam Mirota batik dulu biasanya saya selalu melihat sesosok ibu-ibu duduk ditengah sambil membatik secara live dengan menggunakan alat tradisional untuk membuat batik di kain, tapi kali ini saya tidak mendapati mungkin karena pengunjungnya ramai. Makin banyak juga pernak-pernik yang dihadirkan di Mirota Batik ini. Setelah dari Mirota kita keluar menuju depan istana negara Jogja, photo-photo, terus ngasoh deh di seberang benteng Vredeburg sambil menikmati minuman. Selesai dari Malioboro kita balik menuju ke sekret. Acara saya selanjutnya bersiap menghadiri panggung acara Milad XI IKAMASI-Jogja. Ceritanya lanjut disana ya….

Fontyone nd DK8319 (800x600)

ngaso di seberang benteng Vredeburg

ngaso di seberang benteng Vredeburg

bersama si bontot di depan istana negara Jogja

bersama si bontot di depan istana negara Jogja


4 Comments

  1. […] saya pamit sejenak untuk mengantar adek (si bontot) jalan-jalan sekitar Jogja (ceritone iso diwoco nengkono dab- ceritanya bisa dibaca disana men..). Selesai mubeng-mubeng (muter-muter) kita balik menuju ke […]

  2. Abu Yazid Bustami says:

    Assalamu”alaikum…
    De, abang berminat punya buku “HMI : Pemikiran dan Gerakan Intelektual”… Boleh saya copy atau masih punya aslinya? TQ
    Wass

  3. wa’alaikum salam… boleh, kemana bisa saya kirimkan?

  4. dg situru' says:

    Salam kenal mas, Jogja memang selalu ngangenin ya. Pasti di ajar sama almarhum pak Said atau pak Yamin di FAI

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: