RESENSI BUKU
Judul Buku : Menjadi Guru Tangguh Berhati Cahaya
Penulis : Wijaya Kusumah, S.Pd., M.Pd.
Penerbit, Tahun : Indeks, 2011
Tebal : 235 halaman
“Jangan nikah sama guru, kamu nanti susah, mau dikasih makan apa nanti…”, “jangan jadi guru, gajinya kecil, cari aja pekerjaan yang lain yang lebih enak….”. Begitulah kira-kira mendengar cerita beberapa guru-guru yang sudah lama mengabdikan dirinya di dunia pendidikan. Statement seperti itu sering muncul di jaman dahulu dimana profesi guru masih dipandang sebelah mata. Determinasinya simple, karena penghasilannya kecil. Begitulah alasan orang tua dulu kalo berpesan kepada anak gadisnya yang mau menikah agar tidak dengan lelaki yang berprofesi sebagai guru, atau kepada puteranya yang ingin mencari pekerjaan untuk tidak bekerja sebagai guru.
Namun sekarang, nampaknya asumsi-asumsi seperti itu sudah meredup bahkan mungkin sudah clean dari ucapan-ucapan seseorang. Bagaimana tidak, guru sekarang sangat jauh berbeda penghasilannya dari jaman beberapa puluh tahun ke belakang. Ya, memang diakui profesi guru sekarang tidak lagi dimarjinalkan atau dianak tirikan melainkan dimanjakan, dibuai dan dihargai. Tak heran kalau sekarang banyak kita temui anak-anak muda yang bercita-cita menjadi guru, bahkan orang yang kuliahnya bukan jurusan kependidikan pun sekarang tertarik untuk mengajar. Determinasinya sama simpelnya, karena penghasilannya sudah berbeda dari yang dulu. Belum lagi tunjangan-tunjangan dan program sertifikasi yang memanjakan guru, meski sejatinya untuk peningkatan profesionalitas kinerja namun kalau mau jujur justeru kinrja malah menurun karena terlalu terbuai dengan romantisme sertifikasi sehingga tidak memikirkan bagaimana caranya meningkatkan kinerja. Hal tersebut bukan tanpa alasan, lihat saja beberapa kisah guru jaman dahulu yang sukses dan tetap survive meskipun bergaji kecil, namun sekarang meskipun bergaji besar tetap saja mengeluhkan penghasilannya.
Sekelumit kisah di atas salah satu core value dari point intisari yang tertuang dalam buku “Menjadi Guru Tangguh Berhati Cahaya” (MGTBC) karya Wijaya Kusumah, S.Pd.,M.Pd. yang sering dipanggil Omjay oleh beberapa rekan dan koleganya. Omjay merupakan seorang guru yang sudah mendarma baktikan dirinya lebih dari sepuluh tahun di bidang pendidikan, sehingga ketika membaca buku terbarunya ini akan lebih terasa karena kontekstualisasi dengan dirinya yang berprofesi sebagai guru. Buku MGTBC ini merupakan buku terbitan Indeks dan telah dilaunching pada tanggal 27 November 2011 di Ruang Rapat Kantor Walikota Pemkot Bekasi. Acara launching tersebut berbarengan dengan seminar nasional dalam rangka Hari Guru dan HUT IGI (Ikatan Guru Indonesia) yang ke-2.
Ketika membuka materinya Omjay mengisahkan bahwa judul buku ini terinspirasi dari saran isterinya yang ketika itu sedang berdiskusi seputar problem di sekolahnya. Sang isteri mengucapkan “jadilah guru tangguh yang berhati cahaya”. Memang judulnya pun sesuai dengan isi buku tersebut. Diantara banyaknya persoalan pendidikan di Indonesia ini yang seringkali terjadi, baik karena manajemen yang kurang rapih maupun karena karakter pemimpin dan gurunya yang kurang baik menimbulkan keluh kesah dan pesimisme di tengah tuntutan kompetensi profesionalitas keguruan. Dengan hadirnya buku ini memberikan oase spirit bagi para pendidik bahwa guru jangan mudah putus asa, mengeluh dan menganggap pekerjaannya hanya sekedar menggugurkan kewajiban demi mendapatkan gaji sehingga tidak memikirkn bagaimana output peserta didiknya kelak.
Guru harus selalu mempunyai semangat tinggi, motivasi kuat untuk selalu berubah ke arah yang lebih baik, berinovasi mengembangkan kreatifitas tanpa batas, dan memiliki keterampilan yang dapat menunjang profesinya. Salah satunya adalah melalui pengembangan media belajar melalui internet. Guru harus mampu menciptakan informasi di internet, sehingga orientasi paradigma pembelajaran guru harus diubah dari konsumen informasi menjadi produsen informasi. Dengan demikian peserta didik pun akan merasakan manfaat positif dari teknologi komunikas atau yang sering dikenal dengan ICT (Information Communication Technology). Pembelajaran melalui pendekatan “ICT based” bisa melalui blog, tujuannya agar meningkatkan kreatifitas menulis pada guru, dan meningkatkan minat baca bagi peserta didik kita.
Selain permasalahan kreatifitas guru, buku MGTBC ini juga memaparkan beberapa problematika pendidikan yang bertitik tolak pada kebijakan dan konseptual. Seperti standarisasi UN, kerancuan pelaksanaan RSBI, hingga kurikulum yang selalu berubah-ubah. Menurut penulis, sudah saatnya guru melek internet. Arus informasi di era global sekarang ini sangat menunjang guru untuk menjadi pendidik yang inspiring dan optimistis.
Buku MGTBC bisa dijadikan bahan renungan juga untuk meningkatkan kemampuan kita sehingga senantiasa akan menjadi guru yang tangguh berhati cahaya, guru yang kuat, namun juga memiliki kelembutan hati, mempunyai sense of humanity dalam memperbaiki kehidupan ke arah yang lebih baik ini. Sebagaimana dalam satu judul di akhir buku ini, ada tulisan yang berjudul “Peran Guru dalam Memberantas Korupsi, Kemiskinan, dan Kekerasan Pelajar di Indonesia”. Jelas sekali bahwa guru bukan hanya mengajar, melainkan mendidik, melalui character building yang dapat membuat peserta didik memiliki karakter anti korupsi, kaya, dan lemah lembut. Dengan demikian, problematika seperti korupsi, kemiskinan dan kekerasan tidak lagi menjadi resistensi bagi keberlangsungan proses pendidikan di Indonesia.
Salam Guru Blogger….
Bhayu Sulistiawan, S.Pd.I
Wah…hebat! udah selesai baca bukunya! 🙂
Sama2 bu, resensi ibu juga mantab.. alhamdulillah sudah selesai baca.. very inspiring
Salam Guru Blogger