Minggu sore 27 November 2011 selepas acara Seminar Nasional dan Launching Buku “Menjadi Guru Tangguh dan Berhati Cahaya” di Pemkot Bekasi saya langsung bertolak menuju Istora Senayan Jakarta. Destinasi saya sekitar pukul 14.30 itu sudah saya agendakan di time table personal yang selalu saya update. Beberapa hari lalu saya mendapat info tentang Indonesia Book Fair (IBF) 2011 yang diselenggarakan oleh IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia). IBF memang rutin dilaksanakan di Istora Senayan, terkadang juga Islamic Book fair. Sejak dulu saya paling suka mengunjungi pameran buku dan elektronik, kalo waktu kuliah di Jogja yang sering disatroni adalah Gedung JEC (Jogja Expo Centre), Gedung Mandhala Bakti di jalan Solo, juga tak ketinggalan Shopink.
Setelah saya baca brosur dan jadwal harian pengisi acara di IBF tersebut dan saya pilih mana yang menarik untuk saya hadiri, lingkaran dari pulpen saya langsung tertuju pada agenda hari Minggu 27 November 2011 Pukul 17.00. Acaranya talkshow Indonesia Mengajar dan launching buku Indonesia Mengajar yang ditulis oleh para pengajar muda dari Gerakan Indonesia Mengajar yang memberikan pengalaman inspiratif selama penempatan di pelosok-pelosok daerah. Kedua, kepentingan saya ke IBF juga untuk mengambil formulir Indonesia Mathematics Competition untuk siswa SMP dan guru SMP, rencananya saya akan mengikutsertakan murid saya di SMP Islam Mentari Indonesia juga guru matematikanya.
Tiba di Istora Senayan sekitar pukul 18.35 saya langsung menuju musholla untuk shalat maghrib, kemudian langsung menuju ke pusat informasi untuk mendapatkan formulir kompetisi matematika tersebut. Info dan formulir pun sudah saya dapat, dan sambil menunggu acara talkshow dimulai saat menuju panggung utama mengitari beberapa stand, diantaranya Kompas Penerbit Buku, Mizan, dan Gema Insani. Rasanya ingin sekali memborong buku-buku tersebut namun saya hanya bisa membeli beberapa saja yang saya butuhkan untuk referensi dan kepentingan bahan mengajar.
Langkah saya kemudian tepat berdiri di depan samping panggung utama, sambil melihat-lihat beberapa katalog dari penerbit pandangan saya tertuju pada seseorang yang sedang diwawancarai. Ternyata dia adalah Anis Baswedan, Ph.D, tokoh muda yang inspiratif penggagas sekaligus Ketua Gerakan Indonesia Mengajar yang juga Rektor Universitas Paramadina Jakarta. Setelah selesai wawancara dia pun berbincang-bincang dengan beberapa pengunjung, tak terkecuali saya, yang ikut berbaur dalam obrolan singkat seputar konsep dan misi yang dia tuju dari Indonesia Mengajar ini.

BERSAMA ANIS BASWEDAN, Ph.D (Ketua Gerakan Indonesia Mengajar-Rektor Universitas Paramadina Jakarta)
Saya termasuk orang yang kagum dengan sosok Anis Baswedan karena gagasan, integritas, dan kepeduliannya terhadap kaum muda, pendidikan dan bangsa. Terbukti ketika berjumpa secara informal saya langsung menyapa dan balik disapa setelah itu kita langsung ngobrol singkat dan berphoto bareng. Sosok Anis yang juga ramah, murah senyum, dan tegas dalam berucap memiliki kekuatan struktur bahasa yang powerfull setiap berpendapat. Biasanya saya hanya melihatnya di media, baik melalui tayangan visual maupun tulisannya, namun malam itu saya langsung bertemu dan berbincang-bincang meskipun singkat. Jadi teringat lagunya bang Haji Rhoma Irama “pertemuan yang kuimpikan kini jadi kenyataan, pertemuan yang kudambakan ternyata bukan khayalan…”.
Tak lama kemudian acara talkshow dimulai dan Anis pun segera bergabung ke panggung dengan para pengajar muda yang telah selesai ditempatkan selama setahun di beberapa daerah untuk berbagi pengalaman. Semangat para pengajar muda ini patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, sebagian dari mereka sudah hidup mapan dengan berbagai profesinya, namun berani meninggalkan kemapanannya dan bergabung di Indonesia Mengajar. Bahkan menurut Anis, meraka bukannya cuti, melainkan mengundurkan diri dari pekerjaannya. Ketika ditanya mengapa berani mengambil keputusan tersebut ada yang menjawab: “itu panggilan hati, susah jelasin alasannya kalo sudah panggilan hati”.
Seolah mengamini jawaban seorang pengajar muda tersebut saya pun demikian, memang mengajar itu harus dimulai dari panggilan hati. Oleh karenanya banyak kita temui beberapa guru yang hanya mengajar sekedar menunaikan kewajiban, tapi tak peduli dengan karakter yang dibangun, dan acuh dengan segala problematika peserta didik. Saya sempat mengunjungi Indonesia Mengajar di internet dan tertarik untuk bergabung, namun terbentur salah satu syarat. Walhasil, ketika kita mengajar dengan hati, insya Allah apa yang kita berikan kepada peserta didik dan apa yang kita kerjakan akan terasa nikmat dan tentunya mendatangkan pahala yang berlimpah. Maju terus pendidikan Indonesia and keep spirit young teacher.
Ayo kunjungi http://www.igibekasi.wordpress.com dan http://www.taufiqngeblog.wordpress.com
siap pak…
salam guru blogger..
Assalamu’alaikum, mr. bay
next time inform me please when you take a photo with mr. anis,he….
wassalam
Wa’alaikum salam… Insya Allah..:)